Selasa, 24 Maret 2009




Huhuy!!!
Gambar bikinan si pocong waktu malem maen ke kosannya si Gin Gin. Bosan maen gapleh diapun beranjak ke depan komputer dan langsung menghajar photoshop dengan garang. Lumayan juga gambarnya.

KOLORESAH

Dan akhirnya kumulai juga tulisan ini. setelah sekian lama termenung dalam lamunan. Kolorku sepertinya senang melihatku bergerak menulis. Sebab sudah sekitar satu bulan ini aku diam tak mengeluarkan suatu karya pun. Yah, kolorku merasa senang. Sebenarnya sih celana pendek yang kata orang disebut boxer. Tapi aku lebih suka memanggilnya celana kolor. Itu panggilan sayangku padanya, toh dia pun tak marah padaku.
Sekitar dua bulan yang lalu aku dan seorang temanku berjalan-jalan mencari angin. Malam itu cukup sejuk sebenarnya, tapi yah iseng saja, tamba kesel kata orang sunda mah. Malam itu sepi, dan dingin. Aku berjalan bersama temanku itu menuju suatu tempat sepi,hingga terjadilah…
Aku mencuri sebuah spanduk partai!!!!!!
Dan kini spanduk itulah yang menjadi celana kolorku. Dia senang aku curi. Dia tak rela menjadi spanduk yang dijemur di bawah terik matahari di kota sial bernama bandung ini. Terlebih dia digunakan sebagai alat untuk membodohi rakyat. Yah, kepentingan politik busuk demi kemenangan pemilu. Kupikir kasihan juga spanduk itu, toh kalaupun dia tak kuambil pasti setelah pemilu usai dia akan dibuang. Kalaupun dimanfaatkan paling jadi penghalang sinar matahari atau jadi kain lap di salah satu warteg di lingkungan terminal ledeng. Wahahaha! Beruntung sekali kau kain spanduk!!! Untung kau “kuselamatkan”, kalau tidak mampuslah kau!
Kolorku ini punya hobi, dia senang curhat dengan si atun, asbak berbentuk gelas yang kubuat dari kaleng soft drink. Dia sering curhat padanya, dan aku juga kadang mencuri dengar isi curhatan mereka. Suatu ketika disore yang hangat, kudengar dia curhat. DIa bilang senang sekali bisa jadi benda pakai. Dia amat bangga jadi kolorku. Dia bahkan mencibir beberapa lukisan abstrak buatanku. Katanya lukisan abstrakku itu tak berguna. Aku termenung mendengarnya. Kupikir benar juga apa katanya. Apa sih gunanya lukisan abstrak itu? Hanya coretan-coretan asal yang motifnya tak lebih bagus dari lap di bengkel bang Jamal. Dan kupikir semua lukisan abstrak itu tak berguna. Memangnya coretan seperti itu menghias? Masih lebih bagus lukisan pemandangan kan, bisa dipajang di ruang tamu. Oke baiklah, aku takkan membuat lukisan abstrak lagi, begitu pikirku saat itu.
ah aku jadi berpikir soal masa lalu. Dulu, jauh sebelum dunia ini dinodai oleh universitas, terminal, gedung DPR, dan Mal, tidak ada yang namanya ketidak bergunaan. Semua yang ada memiliki fungsi dan tujuan yang jelas. Gambar babi yang sekarat tertusuk tombak, nekara, semua itu memiliki tujuan yang jelas. Namun sekaranglah zaman manusia yang katanya beradab muncul kosa kata baru, “ketidak-bergunaan”. Dan itulah hal yang amat disukai manusia. Lihatlah betapa mahalnya harga lukisan sebuah, yang tak seberapa bagusnya, yang ,aaaah, gua juga bisa bikin!!!
Well, apakah seni itu tidak berguna? Hmm, sepertinya terlalu naïf bila aku ambil kesimpulan sekarang. Di kampus dosen sudah mengajariku apa gunanya seni. tapi, ah, persetan dengan itu semua! Siapa yang peduli omongan dosen? Apa lagi kalau yang ngajarnya adalah dosen jeprut yang keblinger, sok seni tapi gak punya spiritualitas. Padahal dia sudah bau tanah. {Ada yang tersinggung? Maaf, tapi saya sedang tidak membicarakan siapa-siapa lho!}
Batinku sebenarnya berkata bahwa aku lebih senang jika karyaku bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal ini aku tidak membicarakan fungsi seni secara personal, individual, seni sebagai pengendali social, atau apalah itu. Maksudku, aku berkarya untuk dipakai. seperti misalnya dua batang kayu kecil yang diukir lalu menjadi sumpit buat makan mie ayam, atau tanah liat yang dipipihkan lalu menjadi piring, itu yang kumaksud. Lho kalau begitu mah namanya kriya dong!!! Ehehehe, iya kali kriya. Ah pokoknya aku ingin karyaku berguna.
Dan sungguh aku akan merasa senang kalau tulisanku ini akhirnya jadi pembungkus gorengan.Hahaha, aku sudah menghasilkan karya yang berguna.
Dan kolorkupun ikut tertawa. (pocongrider)

Senin, 23 Maret 2009

Ngiring nimbrung ah

Uing topan...
berasal dari Bandung yang kota asri tapi berdebu.
berdebu yang tiada henti yang membuat sesak nafas.

Resah!
koloni yang saya jalani tapi saya masih belum mengerti semua tentang itu.
Saya menjalani semua dengan let it flow (jalani saja lah!) saya hanya bertugas untuk kuliah oleh orang tua.
saya malu!!!!!
saya malu!!!!!
saya malu!!!!!
saya malu sama orang tua yang membiayai begitu mahal tetapi kuliah tidak serius.
malah mengikuti apa yang ada di perkuliahan yang membuat saya malas untuk kuliah.
dan dari situ yang saya tau koloni ini di mulai.
dikarnakan keterasingan dan dibuang oleh orang2 berkuasa di dalam angkatan 08 ini.
situ pula koloni ini mulai bergerak.
TAPI!!!!!!!!!
kami mulai berpencar!
hanya karna masalah menurut saya sepele.
kapan kah koloni ini bisa bersatu lagi?
dan tidak ada saling curiga antar angota...


saya sekarang mulai mengerti kenapa berpisah.
karna tetap masih ada yangg menggangap dirinya lebih dari yang lain, walaupun tidak secara langsung.
tapi itu terasa.


RESAH KEMBALI LAH!!!
pada jalan yang benar...
(geura shalat kabehanana... bisi paeh manten)
wass...